BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang psikologi pendidikan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan yang menekuni
bidang pendidikan. Studi ini
dianggap menepati bagian terpenting dalam studi pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Hal ini wajar,
sebab psikologi pendidikan dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan keberhasilan seorang guru dalam menghantarkan kesuksesan belajar para
siswa. Itu sebabnya,
setiap individu yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama para guru yang setiap
hari berinteraksi dengan para siswa di ruang kelas, baik formal dan non formal, harus memiliki kemampuan dalam memahami setiap siswa yang dididiknya. Jadi artinya, berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam
belajar sangat berkaitan erat dengan kemampuan para pendidik dalam memahami dan
membimbing para siswa sehingga mereka dapat menemukan tujuan dan mencapai hasil
terbaik mereka dalam belajar.
Berdasarkan hal-hal diatas yang mendorong penulis menyusun makalah ini. Sebelum membahas psikologi pendidikan lebih mendalam, alangkah lebih baiknya kita mengetahui teori-teori psikologi dan apa yang seharusnya seorang pendidik lakukan, karena ini merupakan fondasi untuk memahami tentang psikologi pendidikan dan melaksanakannya.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini
kami akan memaparkan beberapa poin mengenai :
a.
Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?
b.
Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam psikologi pendidikan?
c.
Bagaimana teori-teori dalam pembalajaran?
d.
Bagaimana seorang pendidik dapat lebih efektif dalam mengajar ?
B. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan kami
melakukan penulisan makalah ini adalah untuk :
a.
Menjelaskan pengertian teori psikologi pendidikan.
b.
Menjelaskan pendekatan-pendekatan dalam psikologi pendidikan.
c.
Menjelaskan teori-teori dalam pembelajaran
d.
Menjelaskan bagaimana seorang pendidik dapat
lebih efektif dalam mengajar.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Psikologi
a.
Pengertian Psikologi
Dilihat dari arti katanya, psikologi berasal dari kata
“psyche” yang berarti jiwa atau nafas
hidup, dan “logos” atau ilmu dilihat
dari arti katanya, psikologi dapat diartikan seolah-olah sebagai ilmu jiwa
yaitu ilmu yang mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi sebagai ilmu
yang mempelajari jiwa kurang tepat, karena pada kenyataannya psikologi tidak
mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat
diamati secara konkrit. Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji
perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud
adalah pengertian yang luas sebagai manifestasi hayati (hidup) yang meliputi
jenis, motorik, kognitif, konatif, dan afektif. Perilaku
motorik adalah perilaku dalam bentuk grakan seperti berjalan, berlari,
duduk, dsb. Perilaku kognitif ialah
perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam disekitarnya spserti
pengamatan, berfikir, mengingat, mencipta, dsb.
Perilaku konatif ialah
perilaku berupa dorongan dari dalam individu, misalnya kemauan, motif,
kehendak, nafsu, dsb. Perilaku afektif
ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi seperti senang, nikmat,
gembira, sedih, cinta, dsb. Kesemua jenis perilaku itu merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Sebagai suatu ilmu
pengetahuan, psikologi menggunakan metode-metode ilmiah (scientifik methods) untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan
untuk menafsirkan informasi yang berkenaan dengan perilaku individu. Beberapa
metode yang dipergunakan antara lain eksperimen, observasi, klinis,
psikometrika dan sebagainya.
b. Pendekatan Psikologi
Dalam pengakajian terhadap perlaku terdapat berbagai
jenis pendekatan dalam memberikan penjelasan
mengenai apa, mengapa, dan bagaimana perilaku individu.
Pendekatan-pendekatan utama ialah pendekatan behaviorisme, pendekatan kognitif,
pendekatan humanistik, pendekatan psikoanalisa, dan pendekatan neurobiologi.
1. Pendekatan Behaviorisme
Adalah penekatan yang lebih mengutamakan hal-hal yang
nampak pada individu. Menurut penekatan ini, perilaku itu adalah segala sesuatu
yang dapat diamati oleh alat dria sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Dalam interaksi dengan lingkungan, individu menerima stimulus (rangsangan) dari
lngkungan dan individu memberikan response (tindak balas) kepada lingkungan.
Perilaku terjadi karena adanya rangkaian hubungan antara stimulus (rangsangan)
dengan response (tindak balas). Pendekatan behaviorisme sering pula disebut
sebagai teori S-R (teori stimulus-response). Beberapa tokoh psikologi dalam
pendekatan ini antara lain : Watson, Skinner, Pavlov, Thorndike.
2. Pendekatan Kognitif
Dalam pendekatan kognitif menjelaskan bahwa perilaku
itu sebagai proses internal (di dalam). Pendekatan ini menganggap bahwa
perilaku merupakan suatu proses input-output yaitu penerimaan dan pengolahan
informasi, untuk kemudian menghasilkan keluaran. Individu bukanlah penerima
rangsangan yang pasif, akan tetapi di dalam kesadarannya (otak) terjadi suatu
prosesyang aktif mengubah informasi yang diterima menjadi bentuk baru yang lebih
sesuai. Keluaran yang berupa perilaku akan banyak bergantung pada
perbendaharaan (simpanan) dalam kesadaran otak atau otak individu. Tokoh-tokoh
dalam pendekatan ini antara lain : Piaget, Ausubel, Brunner.
3. Pendekatan Humanistik
Dalam penekatan humanistik lebih mentikberatkan pada
martabat kemanusiaan pada individu yang berbeda dengan hewan dan makhluk
lainnya. Menurut pendekatan ini manusia sudah sejak awalnya mempunyai dorongan
untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia di lingkungannya. Setiap individu bertanggung
jawab terhadap tindakannya masing-masing. Perilaku individu terjadi karena
adanya kebutuhan yang mendorong untuk mewujudkan dirinya (self-actualization).
Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini ialah Maslow dan Carl Rogers.
4. Pendekatan Psikoanalisa
Dalam pendekatan ini lebih mengutamakan hal-hal yang
berada di bawah kesadaran individu. Pendekatan ini menganggap bahwa perilaku
individu dikontrol oleh bagian yang tidak sadar. Tokoh utama Psikoanalisa ialah
Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian terdiri atas tiga unsur yaitu
Id, Ego, dan Super Ego. Semua perilaku digerakan oleh kekuatan dibawah sadar
yang disebut libido
5. Pendekatan Neurobiologi
Pendekatan neourobiologi, yang mengaitkan perilaku
individu dengan kejadian-kejaian di dalam otak dan sistem syaraf. Menurut
pendekatan ini, perilaku seseorang amat tergantung pada kondisi otak dan sistem
syarafnya. Apabila otak dan syaraf terganggu, maka perilakupun akan terganggu
pula.
Dari beberapa pendekatan psokologi di atas dapat
dijadikan dasar sebagai pijakan dalam menentukan dan mengambil tindakan yang
diperlukan oleh sorang tenaga pendidik dalam kegiatan belajar mengajar
hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan situasi peserta didik dan fasilitas
yang dimiliki karena keberagaman siswa dalam satu kelas memerlukan penanganan
yang berbeda untuk setiap masalah yang dihadapi agar potensi siswa dalam
belajar dapat dikembangkan dan mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai
dengan karakteristik individu.
c. Jenis-jenis Psikologi
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi telah banyak
dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, ekonomi,
perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial, kesehatan, pengajaran
dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu kemudian timbul berbagai cabang-cabang
psikologi yang mengakaji perilaku dalam situasi yang khusus, baik untuk tujuan
teoritis maupun praktis. Dengan demikian, ada psikologi umum (general psychology) yang mengkaji
perilaku pada umumnya, dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu
dalam situasi khusus.
Beberapa jenis psikologi khusus antara lain :
-
Psikologi perkembangan, yang mengkaji perilaku individu yang berada dalam
proses perkembangan sejak kehidupan dimulai (konsepsi) sampai akhir kehidupan
(mati).
-
Psikologi sosial, yang mengkaji perilaku individu dalam interaksi
sosial.
-
Psikologi abnormal, yang mengkaji perilaku individu yang tergolong
abnormal.
-
Psikologi komparatif, yang mengkaji perbandingan perilaku manusia dengan
perilaku binatang.
-
Psikologi diferensial, yang mengkaji perbedaan perilaku antar individu.
-
Psikologi kepribadian, yang mengkaji perilaku individu secara khusus dari
aspek kepribadiannya
-
Psikologi pendidikan, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi
pendidikan.
-
Psikologi industri, yang mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan
dunia industri.
-
Psikologi Klinis, yang mengkaji perilaku individu untuk keperluan klinis
atau penyembuhan.
-
Psikologi kriminal, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi
kriminal.
-
Psikologi militer, yang mengkaji perilaku individu dalam situasi
kemiliteran.
Apabila dilihat diatas diantara cabang-cabang
psikologi maka psikologi pendidikan termasuk kedalam psikologi khusus ini
berarti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mengkaji bagaimana perilaku
individu dalam dunia pendidikan termasuk dalam belajar mengajar seyogyanya para
pendidik yang terlibat dalam dunia pendidikan memahami perilaku individu di
dalamnya terutama para guru yang secara langsung berhadapan dengan para siswa
dalam kegiatan belajar mengajar setiap hari untuk lebih memahami bagaimana
perilaku siswa dalam belajar sehingga para guru dapat menentukan cara dan
metode yang tepat dalam menyampaikan pelajaran kepada para siswa.
d. Psikologi Pendidikan
Psikologi ialah cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji berbagai perilaku individu dalam kaitan dengan situasi pendidikan.
Tujuan psikologi pendidikan ialah menenemukan bergabai fakta, generalisasi, dan
teori psikologis yang berkaitan dengan pendidikan untuk digunakan dalam upaya
melaksanakan proses pendidikan yang efektif.
Pendidikan merupakan upaya dalam mempengaruhi individu
agar berkembang menjadi manusia yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam
pendidikan terjadi proses pengembangan potensi manusiawai dan proses pewarisan
kebuayaan. Pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan individu (manusia)
yang berperilaku yang disebut dengan perilaku pendidikan. Perilaku diwujudkan
oleh mereka yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam
pendidikan seperti pendidik (guru, pengajar), peserta didik (murid, pelajar,
mahasiswa), pengelola pendidikan, administrator pendidikan, perencana
pendidikan, peneliti pendidikan, lingkungan pendidikan (orang tua, masyarakata,
dsb). Adalah sangat diharapkan agar mereka-mereka yang terlibat dalam proses
dan kegiatan pendidikan itu dapat menunjukkan perilaku pendidikan yang sesuai
dengan agar pendidikan dapat berlangsung secara efektif sesuai dengan lanasan
dan tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan itu
upaya menciptakan pendidikan yang efektif antara lain :
-
Apa yang menjadi tujuan pendidikan? Bagaimana merumuskannya?
-
Bagaimana memilih dan menetapkan isi pendidikan/pengajaran?
-
Bagaimana memilih metode mendidik atau mengajar secara tepat?
-
Bagaimana membimbing peserta didik agar mau belajar secara baik?
-
Bagaimana mendorong peserta didik agara mau belajar secara baik?
-
Bagaimana memilih dan menetapkan alat bantu mengajar yang efektif?
-
Bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan?
-
Bagaimana menilai hasil pembelajaran?
-
Bagaimana menciptakan kesehatah mental para guru dan murid?
-
Bagaimana membuat manajemen dan administrasi pendidikan secara efektif?
Mungkin masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang
dapat diajukan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan terutama
disekolah. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan
tersebut diperlukan adanya konsep-konsep psikologi yang sesuai. Konsep-konsep
inilah yang dikaji oleh psikologi pendidikan.
e. Peranan Psikologi dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Dalam lingkup yang lebih khusus (terutama dalam ruang
kelas) psikologi pendidikan banyak memusatkan pada psikologi pembelajran dan
pengajaran. Disini lebih difokuskan pada pengkajian aspek psikologis dalam
aktifitas pembelajaran dan pengajaran. Dengan demikian dapat diciptakan suatu
proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Hal itu dapat iupayakan dengan
mewujudkan perilaku pembelajaran pada siswa, serta perilaku-perilaku individu
yang yang lain yang terkait (misalnya orang tua, pengelola, dan administrator
pendididikan). Hal ini mengandung makna bahwa psikologi mempunyai peranan yang
sangat besar dalam proses pembelajran dan pengajaran.
Beberapa peranan psikologi pendidikan antara lain :
1. Memahami siswa sebagai pelajar (perkembangannya,
tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian,
dsb)
2. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan
pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang
kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu siswa-siswa yang mendapat kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pengajaran dan embelajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10.
Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11.
Membimbing perkembangan siswa
B. Teori-Teori dalam Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian
pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dari berbagai definisi
yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, secara umum pembelajaran merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi
antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara lengkap pengertian pembelajaran dapat
dirumuskan sebagai berikut : “pembelajaran
ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiridalam interaksi dengan lingkungannya”. (Prof. Dr. H.
Mohammad Surya;Psikologi Pembelajaran an Pengajaran).
Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian
tersebut adalah :
Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan
perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a)
Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran
menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah, keterampilannya telah
bertambah, dan ia lebih yakin terhadap dirinya.
b)
Perubahan yang bersifat kontinyu (berkesinambungan). Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran akan
berlangsung secara berksinambungan, artinya suatu perubahan yang telah terjadi
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lain.
c)
Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil
pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.
d)
Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya pertambahan dalam diri
individu.
e)
Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjai dengan sendirinya
akan tetapi melalui aktivitas individu.
f)
Perbahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil
pemebelajaran akan berada secara kekal ddalam diri individu, setidak-tidaknya
untuk masa tertentu.
g)
Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan yang terjadi karena ada sesuatu yang
akan dicapai.
Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.
Prinsip ini mengandung arti bahwa perubahan perilaku sebagai hasil
pemebelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau
dua aspek saja. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek perilaku kognitif,
konatif, afektif, atau motorik.
Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa
pembelajaran itu merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan. Di dalam
aktifitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktifitas yang sistematis dan
terarah. Jadi pembelajaran bukan sebagau suatu benda atau keadaan yang statis,
melainkan merupakan suatu rangkaian aktifitas-aktifitas yang dinamis dan saling
berkaitan.
Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya suatu yang mendorong dan ada
suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktifitas
pembelajaran itu terjadi karena ada sesuatu yang mendorong dan sesuatu yang
ingin dicapai.
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah
kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Hal ini berarti
bahwa selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu
situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang
berarti.
b.
Peranan Teori dalam Pembelajaran an Pengajaran
Pembelajaran merupakan salah satu upaya individu untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehingga memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan
efektif. Dari segi masyarakat, pembelajaran merupakan ku0nci dalam
pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke generasi baru. Dengan pembelajaran
dapat dimungkinkan adanya penemuan dan pengembangan dari hasil generasi lama.
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip yang
terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik suatu teori ialah : (a) memberikan kerangka kerja konseptual
untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penenlitian, dan
(b) memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji
Ada empat fungsi umum suatu teori menurut Patrick Supper (1974), yaitu :
1. Teori terdiri atas prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat
dijadikan kerangka untuk melaksanakan penelitian.
2. Teori memberikan kerangka kerja bagi informasi yang spesifik
3. Menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi lebih sederhana
4. Menyusun kembali dari pengalaman-pengalama. Sebelumnya
Fungsi teori pembelajaran dalam pendidikan adalah :
1. Memberikan garis garis rujuakan untuk perancangan pengajaran
2. Menilai hasil-hasil yang telah dicapai untuk digunakan dalam ruang kelas
3. Mendiagnosis masalah-masalah dalam ruang kelas
4. Menilai hasil penelitian yang dilaksanakan berdasarkan teori-teori tertentu
c. Teori-teori Pembelajaran
1. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang
bertujuan: (1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi, (2)
menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya, (3) memilih
kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan, (4) menentukan kenyataan yang
sesungguhnya dibalik suatu yang nampak.
Piaget memandang bahwa kognitif merupakan hasil dari pembentukan adaptasi
biologis. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konstan antara
individu dengan lingkungan, dimana dalan interaksi tersebut terjadi proses
organisasi dan adaptasi. Organisasi
ialah proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga menjadi
dikenal oleh individu. Adaptasi ialah proses terjadinya penyesuaian antara
individu dengan lingkungannya.
Intelegensi merupakan dasar bagi perkembangan kognitif. Intelegensi
merupakan suatu proses berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan
dalam interaksi dengan lingkungan. Dalam teori Jean Piaget dia membagi
perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi
sehingga dewasa, yang berlangsung melalui empat tahapan yaitu :
-
Sensorik-motorik (0-1,5 tahun) pada tahap ini aktivitas
kognitif berpusat pada aspek alat dria (sensorik) dan gerak (mototrik).
Artinya, dalah tahap ini anak hanya mampu melakukan penegenalan lingkungan
dengan alat drianya dan pergerakannya
-
Pre-operational (1,5-6 tahun), anak telah
menunjukkanaktifitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal dari luar dirinya.
Aktifitas berfikirnya belum mepunyai sistem yang terorganisasikan. Anak sudah
dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda simbol,
cara berfikirnya tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Cara
berfikirnya ditandai dengan ciri-ciri: (a) transductive
reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi
tidak logis, (b) ketidakjelasan hubungan
sebab akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab akibat secara tidak logis,
(c) animism, yaitu menganggap bahwa
semua benda itu hidup seperti dirinya, (d) artificialism,
yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa
seperti manusia, (e) perceptually bound, yaitu
anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat atau dengar, (f) mental experiment, yaitu anak mencoba
melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapainya, (g)
centration, yaitu anak memusatkan
perhatiannya kepada suatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang
lainnya, (h) egocentrism, artinya
anak meliohat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri.
-
Concrete operational (6-12 tahun), anak telah dapat membuat
pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis, perkembangan kognitif
pada tahap ini memberikan anak kecakapan berkenaan dengan konsep klasifikasi,
hubungan, dan kuantitas. Konsep
klasifikasi ialah kemampuan anak untuk melihat secara logis
persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan ciri-ciri
yang sama. Konsep hubungan ialah
kemtangan anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya. Konsep kuantitas yaitu kesadaran anak
bahwa suatu kuantitas tetap sama meskipun bentuk fisiknya berubah asal tidak
ditambah atau dikurangi.
-
Formal operasional (12 tahun ke atas), perkembangan kognitif
ditandai dengan kemampuan individu untuk berfikir secara hipotesis dan berbeda
dengan fakta, memahami konsep abstrak, dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan
yang luas dari perkara hal yang sempit.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran, antara lain
:
a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu,
dalam mengajar guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
b) Anak-anak akan belajar lebih baikapabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan
sebaik-baiknya.
c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
d) Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan tahapan perkembangannya.
e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling
berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.
2. Teori Pemrosesan informasi (Robert Gagne)
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan
informasi yang berupa kecakapan manusia (human
capabilities) yang terdiri atas (1) informasi verbal, (2) kecakapan
intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik. Informasi verbal ialah hasil
pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal
(kata-kata atau kalimat). Kecakapan
intelektual ialah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan
lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, kecakapan intelektual mencakup
kecakapan dalam membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum-hukum. Kecakapan
inteltual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah. Strategi kognitif , ialah kecakapan
individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktifitasnya.
Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini ialah kemampuan mengendalikan
ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas yang efektif. Sikap, ialah hasil pembelajran yang
berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Kecakapan mototrik, ialah hasil
pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan
fisik.
Tahapan proses pembelajaran menurut teori Gagne terjadi melalui delapan
fase yaitu :
-
Fase motivasi, ialah fase awal individu memulai
pembelajaran denan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai
tujuan tertentu. Dalam fase ini individu didorong untuk mengubah perilakunya
agar mencapai apa yang dikehendaki.
-
Fase pemahaman, dalam fase ini individu menerima dan
memahami rangsangan yang berupa informasi yang diperoleh dalam pembelajaran. Dalam fase ini terjadi proses pemberian perhatian yang
berupa peningkatan aktifitas terhadap suatu rangsangan yang dirasakan lebih
berkenaan dengan dirinya. Apabila individu melakukan pembelajaran dengan
perhatian, maka informasi yang diterima akan diterima lebih baik.
-
Fase pemerolehan, dalam fase ini dimana individu mempersepsi atau
memberikan makna kepaa segala informasi yang sampai pada dirinya. Dalam fase
ini terjadi proses simpan awal (short
term memory), untuk memudahkan penyimpanan biasanya informasi disimpan dengan
kode-koe tertentu.
-
Fase penahanan, adalah dimana informasi yang diterima dan dapat
dipakai dalam jangka waktu panjang. Dalam fase ini terjadi proses mengingat
atau menyimpan informasi untuk jangka waktu panjang (long term memory). Dengan proses ini maka hasil pembelajaran dapat
digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
-
Fase ingatan kembali, ialah fase dimana individu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan beberapa waktu yang lalu. Pengeluaran ini terjadi
apabila mendapat rangsangan untuk mengeluarkannya.
-
Fase generalisasi, yaitu fase dimana individu akan
menggunakan kembali hasil pembelajaran yang dimiliki untuk satu keperluan
tertentu yaitu meminah suatu hasil pembelajaran dari keadaan khusus kekeadaan
umum.
-
Fase pemberlakuan, ialah perubahan perwujudan perilaku individu sebagai
hasil pembelajaran. Dalam fase ini individu akan menunjukkan perilaku-perilaku
yang baru sesuai hasil pembelajarannya dengan adanya tindak balas yang berupa
perilaku dalam menghadapi rangsangan di lingkungan.
-
Fase umpan balik, ialah fase dimana individu memperoleh umpan balik (feed back) dari perilaku yang telah
dilakukannya. Apabila perilakunyamemberikan kepuasan, maka akan diperkuat
(peneguhan positif), dan sebaliknya apabila perilakunya memberikan umpan balik
yang kurang memuaskan, maka akan dikurangi (peneguhan negatif).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran di ruang kelas,
Gagne mengemukakan ada sembilan langkahpengajaran yang perlu diperhatikan oleh
guru. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Melakukan tindakan untuk menrik perhatian siswa
2. Memberikan kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan
topik-topik yang akan dibahas
3. Merangsang siswa untuk memulai aktifitas pembelajaran
4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan
topik yang telah ditetapkan
5. Memberikan bimbingan bagi aktifitas siswa dalam
pembelajaran
6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran
siswa
7. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang
ditunjukkan siswa
8. Melaksanakan penialaian proses dan hasil pembelajaran
9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan
menggunakan hasil pembelajaran
3. Teori Pembelajaran Sosial-Kognitif (Albert Bandura)
Teori yang dikemukan oleh Albert Bandura ini disebut
juga teori pembelajaran sosial-kognitif dan disebut pula sebagai teori
pembelajran melalui peniruan. Teori Bandura didasarkan pada tiga asumsi, yaitu pertama, bahwa individu melakukan
pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama
perilaku-perilaku orang lain yang disebut pula sebagai perilaku model atau
perilaku contoh. Kedua, terdapat
hubungan yang berkaitan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya.
Pembelajaran terjadi dalam ketaerkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan,
perilaku, dan faktor-faktor pribadi. Ketiga,
ialah bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan
verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi
dalam tiga komponen (unsur) yaitu : (1) perilaku model (contoh), (2) pengaruh
perilaku model, dan (3) proses internal belajar. Jadi individu melakukan proses
pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model (perilaku yang akan ditiru),
kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi
perilakunya sendiri.
Proses peniruan model ini akan dipengaruhi oleh faktor
kualitas model itu sendiri dan kualitas individu. Model-model yang akan ditiru
ditentukan oleh tiga faktor : faktor
pertama, ialah ciri-ciri model, yaitu model yang memiliki ciri-ciri yang
bersesuaian dengan individu akan lebih mungkin ditiru dibanding dengan model yang
kurang bersesuaian. Faktor keadua, ialah
nilai prestise daripada model, model yang mempunyai nilai prestise tinggi akan
lebih mungkin ditiru dibandingkan dengan model yang mempunyai nilai prestise
rendah. Faktor ketiga, ialah
peringakat ganjaran instrinsik, artinya kualitas rasa kepuasan yang diperoleh
dengan meniru suatu model. Artinya aktivitas itu sendiri memberikan kepuasan
bagi individu yang melakukan peniruan. Individu yang mempunyai kurang rasa
percaya diri akan banyak melakukan peniruan.
Dalam kaitannya dengan pengajaran didalam kelas, guru
hendaknya merupakan tokoh perilaku bagi siswa-siswanya. Proses kognitif siswa
hendaknya mendapat perhatian dari guru, kemudian lingkungan hendaknya
memberikan dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru membantu siswa dalam
mengembangkan perilaku pengajaran. Guru hendaknya mempehatikan karakteristik
siswa terutama berkenaan dengan perbedaan individual, kesediaan , motivasi, dan
proses kognitifnya. Proses pembelajaran hendaknya tidak terpisah dari
lingkungan sosial, artinya apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan
pengajaran hendaknya memiliki keterkaitan dan padanan dengan kehisupan sosial
nyata.
Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif,
teori ini menyarankan strategi sebagai berikut :
1. Mengidentifkasi model-model perilaku yang akan
digunakan di kelas
2. Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai
secara fungsional, dan
memilih perilaku-perilaku model
3. Mengembangkan urutan atau peringakat proses pengajaran
4. Menerapkan aktifitas pembelajaran siswa dengan
membentuk proses kognitif dan mototrik.
C. Pendidik
dan Psikologi Pendidikan
Pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar ini artinya keberhasilan belajar mengajar banyak tergantung dari pihak
pendidik itu sendiri. Salah satu hal yang paling strategis adalah mengenal dan
menerapkan berbagai aspek psikologis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
khususnya proses belajr mengajar. Guru dituntut harus memapu mewujudkan
perilaku mgajar secara tepat agar menjadi belajar yang efektif dalam diri siswa
atau pelajar. Disamping itu, guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi
belajar mengajar yang kondusif.
Guru dituntut untuk mapu mrningkatkan kualitas belajar para peserta didik
(siswa) dalam bentuk kegiatan belajar yang sedemikian rupa dapat menghasilkan
pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, pekerja yang produktif, dan anggota
masyarakat yang baik. Guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti
penyampai pengetahuan akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran,
manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar, dan sebagai direktur belajar.
Sebagai perancang pengajaran (designer of
instruction) guru diharapkan mampu untuk rmerancang
kegiatan belajar mengajar secara efektif dengan suasana yang kondusif bagi
siswa. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang
prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar
mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metoda, kegiatan
evaluasi, dsb.
Sebagai pengelola pengajaran (manager of
instruction), seorang guru akan berperan mengelola
seluruh proses belajar mengajar dengan mnciptakan kondisi-kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien.
Kegiatan belajar hendaknya dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan
suasana yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan kualitas
yang lebih baik.
Sebagai penilai hasil belajar siswa
(evaluator of student),guru dituntut untuk berperan secara terus
menerus mnegikuti hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke
waktu. Informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar dapat digunakan
sebagai umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang dapat
digunakan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar dan memperoleh hasil belajar siswa yang optimal.
Sebagai pengarah belajar (director of
learning), guru berperan untuk senantiasa
menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam
hubungan ini guru mempunyai peranan sebagai “motivator” keseluruhan kegiatan
belajar siswa.
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik pengajar
yang diharapkan adalah antara lain :
1. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang
diajarkannya.
2. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara
tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat.
3. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitifitas yang diperlukan untuk
menumbuhkan semangat belajar
4. Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha
memberikan penjelasan kepada peserta didik
5. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya baik isi maupun metode
6. Memiliki sikap terbuka, luwes dan eksperimental dalam metode dan teknik
D. Menjadi
Guru yang Efektif
Untuk menjadi seorang
tenaga pendidik yang efektif dalam mengajar sangat diperlukan kemampuan seorang
pendidik yang benar benar memahami akan peran dan tugasnya sebagai pendidik.
Selain hal tersebut di atas seorang pendidik yang baik juga ditiuntut untuk
memiliki kecakapan dan keterampilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
diantaranya adalah :
a. Professional Knowledge (pengetahuan profesional)
Berdasarkan penelitian , guru yang efektif menggunakan bentuk-bentuk
pengetahuan (Bransford, Darling-Hammond, & LePage, 2005) sebagai berikut :
Content Knowledge (pengetahuan tentang
isi), para guru harus
mengetahui tentan g materi pembelajatan yang ingin diajarkan kepada para siswa,
memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkannya.
Pedagogical Knowledge (pengetahuan
pedagogis), meskipun diperlukan oleh seorang guru
pemahaman yang baik seorang guru tentang materi yang diajarkannya saja tidak
cukup untuk membuat seseorang menjadi guru yang baik. Pengetahuan umum tentang
pedagogik sangat diperlukan bagi seorang guru atau pendidik.
Knowledge about Learner (pemahaman
terhadap para siswa), mengajar yang efektif membutuhkan
pengetahuan yang luas tentang berbagai macam cara tentang tingkah laku dan gaya
belajar siswa serta karakteristik unik para siswa dalam belajar. Guru harus
mengetahui bagaimana merancang sebuah pengajaran yang dengan perkembangan
mental dan pemahaman siswa sesuai dengan perkembangan usia para siswa.
Knowledge about Curriculum (pengetahuan
tentang kurikulum), walaupun guru telah dilengakapi buku teks
pelajaran untuk mengajar, guru juga perlu mengatehui apa yang dia ajarkan
sesuai dengan panduan atau kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
memahami tentang kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah akan sangat
membantu guru dalam membuat rancangan pengajaran, memilih bahan ajar, menbuat
tugas berdasarkan kebutuhan belajar para siswa, dan bagaimana mengevaluasi
hasil belajar siswa.
b. Professional Skill (keterampilan professional)
Apabila pengetahuan profesional adalah tentang bagaimana cara
belajar-mengajar dengan baik, keterampilan profesional adalah tentang kemampuan
bagaimana pemahaman tentang belajar mngajar dugunakan secara efektif di dalam
kelas ketika guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Mungkin para pendidik
atau guru sering membaca buku atau artikel tentang manajemen kelas tetapi
apabila guru atau pendidik tidak dapat menggunakannya dalam praktek sehari-hari
dia tidak akan dapat menjadi guru yang efektif bagi para siswanya. Seorang
pendidik atau guru yang efektif dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut :
Planning Skill (kemampuan perencanaan), sebagai seorang guru perencanaan pengajaran merupakan salah satu tugas yang
harus dia kerjakan guna mempersiapkan bagaimana pelajaran akan berlangsung,
aktifitas apa yang akan dilakukan oleh para siswa, dan penilaian seperti apa
yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
Communication Skill (keterampilan
berkomunikasi), keterampilam komunikasi yang baik harus
dimiliki oleh para guru atau para pendidik dimana para pendidik yang efektif
dalam berbicara ia berbicara dengan jelas, secara aktif mendengarkan para siswa
dan orang tua, memahami bahasa tubuh para siswa, dan dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam sebuah kelas baik ketika proses
belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar.
Motivation Skill (keterampilan
memotivasi), guru atau pendidik yang efektif memberikan
siswa kesempatan untuk memikirkan tetang cita-cita pribadi dan tujuan yang
ingin dicapai dan memberikan solusi serta jalan keluar juga motivasi dalam diri
para siswa dab bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam belajar.
Classroom Management Skill (keterampilan
mengelola kelas), seorang guru yang efektif berbagai macam
strategi dan metode dalam pembelajaran, menegakkan aturan didalam kelas,
mengawasi dan mencegak tindakan yang tidak sesuai, dan menangani setiap permasalahan
yang melanggar disiplin muncul di dalam kelas.
Assesment Skill (keterampilan
mengevaluasi), seorang guru yang efektif secara teratur
mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan para siswanya dengan berbagai macam
metode baik secara resmi maupun tidak. Penilaian resmi meliputi, presentasi
siswa, kuis, tugas proyek, dan ujian yang diselenggarakan baik oleh pihak
pemerintah maupun lembaga lain yang diberikan hak dan kewenangan untuk
melakukan penilaian.
Technology Skill (kemampuan menggunakan
teknologi), sebagai seorang guru yang baik dan efektif
dalam melakukan proses pembelajaran dituntut untuk menguasai perangkat
tekonolgi yang dapat membantu dalam proses belajar-mengajar.
Dari hal-hal yang dikemukakan diatas hendaklah seorang pendidik dapat
selalu mengembangkan kemapuan teknologi, baik kemampuan teknologi dalam bidang
proses belajar-mengajar maupun teknologi yang digunakan sebagai penunjang dalam
kegitan belajar siswa agar para siswa dapat lebih nebgembangkan potensi belajar
yang dimiliki oleh siswa, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan dapat mencapai hasil yang maksimal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sebagai
praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan
disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar
memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu
seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi
untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan
peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan
(empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Keberadaan psikologi pendidikan
sangat mendukung bagi para pendidik untuk lebih memahami para peserta didik
sehingga keberadaan psikologi pendidikan sangat diperlukan bagi para pendidik
(guru), sudah seharusnya seorang pendidik memahami tentang psikologi pendidikan
guna menunjang aktifitas proses pembelajaran diruang kelas dan dengan psikologi
pendidikan diharapkan para pendidik lebih memahami tentang karakteristik siswa
yang dididiknya sehingga mereka dapat menggunakan potensi belajar mereka dengan
maksimal
B. Saran
Seorang pendidik seharusnya terus belajar dan mengembangkan kemampuan serta
menggali potensi-potensi yang dimilikinya dterutama bidang yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
Dalam hal ini, ada tiga hal penting yang harus kita perhatikan dengan baik,
yaitu :
1. Memahami tentang psikologi
pendidikan
Sudah seharusnya para pendidik (guru) untuk memahami tentang psikologi
pendidikan agar dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang
dimiliki dalam proses belajar mengajar.
2. Mempelajari
tentang Teori-teori pembelajaran
Seorang pendidik juga
dituntut untuk memahami teori-teori atau pendapat para ahli pendidikan terutama
bagi para pendidik atau guru yang berlatar belakang non pendidikan untuk meningkatkan kompetensi keilmuan meraka
dalam bidang pendidikan.
3.
Menjadi guru yang efektif
Mendidik atau mengajar merupakan pekerjaan yang sangat memerlukan
keterampilan untuk berimprovisasi agar apa yang disampaikan kepada peserta
didik dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan kebosanan bagi peserta
didik mengingat belajar bagi siswa atau peserta didik merupakan rutinitas yang
mereka harus jalani sehari-hari. Untuk menjadi guru yang efektif seorang pendidik atau guru harus memiliki
kemampuan managemen kelas yang baik dengan mempelajari dan menguasai kompetensi
professional dalam bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Mohammad Surya. (2003). Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: CV. Mahaputra Adidaya.
Moreno, Roxana. (2010). Educational Psychology. New
Jersey, America: John Wiley & Sons, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar